Jumat, 27 April 2012

29 Juli 1947, Misi Pemboman Udara Pertama & Jatuhnya Pesawat Dakota VT-CLA

Tanggal 29 Juli merupakan salah satu sejarah yang monumental, yakni terjadinya dua peristiwa penting dalam satu hari. Tanggal tersebut kemudian dijadikan sebagai Hari Bhakti TNI-AU.


Misi Pemboman Udara Pertama





Pesawat K5Y Churen milik Indonesia


Tanggal 29 Juli 1947, pagi hari, dua pesawat K5Y Churen dan satu Guntei, melakukan serangan udara terhadap target Belanda di Semarang, Salatiga, dan Ambarawa. Kejadian ini bagai petir di siang bolong buat Belanda. Seperti apa kejadiannya?




Sudaryono


Setelah semua siswa dinyatakan lulus, Oleh Suryadarma mereka disebar ke Maospati, Bugis, Tasikmalaya, Kalijati, dan Yogyakarta. Tugasnya untuk mengaktifkan pangkalan. Beberapa hari sebelum tanggal 29 Juli, Sudaryono & Suharnoko Harbani mendapat perintah kembali ke Yogyakarta. Perintahnya tidak jelas, sehingga ketika sampai di Yogyakarta malam hari, Sudaryono memilih untuk beristirahat di Hotel Tugu, bukan langsung masuk ke pangkalan. Besok paginya, Sudaryono memasuki pangkalan dan kemudian mengetahui apa yang terjadi. Satu pesawat Churen diterbangkan oleh Sutardjo Sigit & Sutardjo sebagai air gunner, menuju ke sasaran yakni Kota Salatiga. Sedangkan satu Churen lagi diterbangkan oleh Suharnoko Harbani dan Kaput sebagai air gunner, menuju sasaran ke Kota Ambarawa. Serta satu Guntei dengan pilot Mulyono dan Dulrachman sebagai air gunner, menuju sasaran ke Kota Semarang. 



Merencanakan serangan balasan


Tidak tahu siapa yang mengatur operasi ini, mengingat Adisutjipto sedang ke luar negeri dengan pesawat maskapai India (dikenal sebagai Dakota DC-3 VT-CLA). Apakah Suryadarma? "Saya kira Pak Halim", aku Sudaryono. Halim Perdanakusuma adalah mantan navigator AU Inggris selama masa kampanye di Afrika, terbang dengan B-24 Liberator. 


Dalam pemboman di ketiga lokasi, bom disiapkan oleh mantan perwira logistik semasa pendudukan Belanda, yakni Kapten Edi. Setelah menyelesaikan misi, mereka pun mendarat di Semarang, untuk menghindari pembalasan Belanda apabila mendarat di Yogyakarta. 






Jatuhnya Pesawat DC-3 Dakota VT-CLA (Peristiwa Ngoto Membara)


Setelah sukses dengan misi pengeboman atas target Belanda, sore harinya, pesawat Dakota DC-3 (registrasi:VT-CLA) milik maskapai penerbangan India, jatuh sesaat sebelum memasuki Bandara Maguwo, di Yogyakarta. Tepatnya di Desa Ngoto. Pesawat tersebut mengangkut obat-obatan serta 6 orang penumpang serta 3 orang awak pesawat. Pesawat berangkat dari Singapura menuju Maguwo (Yogyakarta), telah didaftarkan sebagai penerbangan bantuan kemanusiaan. Pesawat tersebut jatuh karena di tembak oleh pesawat pemburu Belanda berjenis P-40 Kittyhawk yang bermarkas di Kalibenteng (Semarang). 




Reruntuhan Dakota DC-3 VT-CLA



P-40 Kittyhawk 


Korban tewas dari tragedi ini adalah termasuk tiga orang perintis TNI-AU, yakni Komodor Muda Adisutjipto, Komodor Muda Abdulrahman Saleh, serta Opsir Udara I Adi Soemarmo. Satu lagi dari Indonesia yaitu Zainal Arifin. Sedangkan dari warga asing yaitu Alexander Noel Constantine (pilot - warga negara Australia), Roy L. Hazelhurst (copilot - warga negara Inggris), Bhida Ram (enginer - warga negara India), serta Ny. Constantine (istri pilot). Hanya satu korban selamat, yakni Abdul Gani Handojotjokro. 


Tragedi jatuhnya pesawat ini menuai kontroversi. Pilot Belanda menyebutkan bahwa pesawat tersebut terbang rendah dan tersungkur setelah menabrak tanggul dan pepohonan. Namun menurut kesaksian warga sekitar, terlihat pesawat dikejar dan ditembaki sehingga mesin kiri terbakar dan jatuh. Pernyataan tersebut diperkuat oleh H. Sardjono, yang mengatakan "ada bekas lobang peluru di pesawat dan di tubuh Adisutjipto!". 




Dari kiri ke kanan: Adisutjipto, Abdulrahman Saleh, Adi Soemarmo


Nama ketiga perwira AURI tersebut nantinya akan diabadikan sebagai nama pangkalan udara di Indonesia. Adisutjipto nama pengganti untuk Pangkalan Udara Maguwo (Yogyakarta), Abdulrahman Saleh nama pengganti untuk Pangkalan Udara Bugis (Malang), Adi Soemarmo nama pengganti untuk Pangkalan Udara Panasan (Solo).  Ketiganya pun diangkat sebagai pahlawan nasional berdasarkan Keppres 071/TK/1076, pada tanggal 9 November 1974.


Berdasarkan Surat Keputusan Kasau Nomor: Skep/78/VII/2000 tanggal 17 Juli 2000 tempat jatuhnya pesawat Dakota VT-CLA di desa Ngoto, diresmikan menjadi Monumen Perjuangan TNI AU. Bersamaan dengan peresmian ini, dipindahkan pula kerangka jenasah Marsda TNI (anumerta) Adisucipto dan Marsda TNI (anumerta) Abdulrachman Saleh beserta istri dari TPU Kuncen Yogyakarta ke pemakaman TNI AU Ngoto Yogyakarta.


Monumen Perjuangan TNI AU di Ngoto, Yogyakarta







Sumber:
http://www.tandef.net/hari-bakti-tni-au-29-juli-serangan-udara-pertama-oleh-auri-terhadap-kekuatan-belanda


http://tni-au.mil.id/kotama/riwayatmu-doeloe-halaman-5


http://salamgowes.wordpress.com/2011/08/17/dakota-vt-cla-29-juli-1947/


http://indonesiandefense.blogspot.com/2011/08/dakota-vt-cla-dan-cureng-tni-au.html


image.google.co.id


wp.scn.ru


Majalah Angkasa Edisi Agustus 2011 Th. XXI

Edisi Koleksi Angkasa: PESAWAT KOMBATAN TNI AU





















Tidak ada komentar:

Posting Komentar