Indonesia pernah menjadi negara dengan kekuatan militer terbesar di Asia, bahkan di belahan bumi selatan. Kekuatan Indonesia yang pada saat itu bertumpu pada alutsista buatan Blok Timur, seperti MiG-21 &Tu-16..
Pada waktu itu, Indonesia merupakan negara keempat yang mengoperasikan pesawat pembom. Indonesia juga negara pertama di belahan bumi selatan yang mengoperasikan jet tempur berkecepatan Mach 2. Tu-16 dibeli untuk menutupi kemampuan B-25 yang terbatas, yang kala itu AURI harus melawan AUREV (AU Permesta). B-25 yang ada saat itu malah merepotkan, karena daya jelajahnya terbatas, sehingga pangkalannya harus digeser. Hal yang tidak efektif tersebut diperparah ketika AS mengembargo suku cadangnya.
Saat itu keberadaan Tu-16 memang menakutkan. Dengan jangkauan terbang hingga 7200 km, kecepatan hingga 1050 km/jam, dan ketinggian terbang hingga 12800 km, wajar saja membuat AURI disegani. Tu-16 dioperasikan dibawah kendali Wing Operasi 003, membawahi Skadron 41 (14 unit Tu-16 Badger A) dan Skadron 42 (12 unit Tu-16 Badger B KS).
Awalnya, Rusia masih bimbang untuk meluluskan permintaan Tu-16 kepada Indonesia. Menurut Dubes Rusia untuk Indonesia Zhukov Tu-16 masih dalam pengembangan & belum siap untuk dijual. AURI ngotot. BK (Bung Karno) terus menguber Zhukov tiap kali bertemu. Zhukov pun kemudian melaporkan keinginan BK kepada Menlu Rusia Mikoyan. Mengapa BK begitu semangat? Letkol Salatun-lah pangkal masalahnya. "Saya ditugasi Pak Surya (S. Suryadarma - KSAU/Menpangau periode itu)menagih janji kepada BK setiap ada kesempatan"
Salatun menemukan proyek Tu-16 dari majalah penerbangan asing tahun 1957, kemudian menyampaikan kepada Suryadarma. "Dengan Tu-16, awak kita bisa terbang setelah sarapan pagi menuju sasaran terjauh sekalipun dan kembali sebelum makan siang", jelasnya kepada KSAU. "Bagaimana pangkalannya?" tanya Pak Surya. "Kita akan pakai Kemayoran yang mampu menampung pesawat jet", jawab Salatun. Seiring rencana pengadaan Tu-16, landas pacu Lanud Iswahjudi, Madiun, turut diperpanjang
Proses pembeliannya memang tidak mulus. Sejak dikemukakan, baru
terealisasi 1 Juli 1961, ketika Tu-16 pertama mendarat di Kemayoran.
Ketika lobi pembeliannya tersekat dalam ketidakpastian, Cina pernah
dilirik agar membantu menjinakkan “beruang merah”. Caranya, Cina diminta
menalangi dulu pembeliannya. Namun usaha ini sia-sia, karena neraca
perdagangan Cina-Rusia lagi terpuruk. Sebaliknya, “Malah Cina menawarkan
Tu-4M Bull-nya,” tutur Salatun. Misi Salatun ke Cina sebenarnya mencari
tambahan B-25 Mitchell dan P-51 Mustang.
Pemilihan Tu-16 bukanlah semata alat diplomasi, melainkan karena embargo senjata AS. Apalagi pada saat bersamaan AURI butuh suku cadang B-25 & P-51 untuk menghantam AUREV.
1960, Salatun berangkat ke Moskow bersama delegasi pembelian senjata yang dipimpin jendral AH Nasution. Mereka hanya diperintahkan BK hanya untuk cari senjata. Betapa kagetnya delegasi ketika Tu-16 masuk kedalam daftar persenjataan yang ditawarkan Uni Soviet. "Karena Tu-16 kami berikan kepada Indonesia, maka pesawat ini akan kami berikan kepada negara sahabat lain"
Hebatnya lagi, AURI pernah mengusulkan untuk mengecat bagian bawah Tu-16 dengan cat anti radiation paint, yakni cat anti radiasi bagi pesawat pembom berkemampuan nuklir. "Gertak musuh saja, AURI kan tak punya bom nuklir", tutur Salatun. Usul ditolak.
AURI dengan segera mempersiapkan awaknya. Puluhan kadet dikirim ke Cekoslovakia & Rusia. Angkatan tersebut dikenal sebagai angkatan Cakra I, II, III, & Ciptoning I & II. Mulai 1 Juli 1961, 24 pesawat Tu-16 mulai datang bergiliran, diawaki oleh awak Rusia maupun Indonesia. Pesawat pertama dengan registrasi M-1601 yang diterbangkan Komodor Udara Cok Suroso Hurip mendarat di Kemayoran.
Hal tersebut mengundang perhatian dari kalangan luas, terutama intel AS. Kesempatan pertama intel-intel AS melihat Tu-16 dari dekat, memberi kesempatan untuk mengetahui kapasitas bahan bakar & daya jelajahnya. Pesawat intai U-2 Dragon Lady pun dilibatkan. Pengintai tersebut melihat Tu-16 serta jet tempur Blok Timur yang amat ditakuti Barat berjejer di Iswahjudi, Madiun.
(Bersambung ke bagian 2)
Sumber:
Edisi Koleksi Angkasa: Pesawat Kombatan TNI-AU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar